Sabtu, 17 Oktober 2009
sokola ketahanan hidup anak-anak sumbar
Saya ditelpon kawan sehari sesaat sumbar di guncang gempa,ia meminta kesediaan saya untuk mencarikan lokasi dan rekomendasi untuk program berbasis anak.namun saya dilanda gundah karena saya harus meninggalkan kuliah yang sedang saya jalani. Ini masa depan saya,namun bencana di ranah minang membuat saya harus menentukan pilihan. "bagaimana? kalau siap saya akan urus penerbangannya" Katanya penuh harap. Lubuk terdalam mengatakan saya harus berangkat, diskusi sejenak dengan istri, ia meminta saya ke padang,"pergilah, kuliah akan punya solusinya, asal jangan lama" Katanya penuh pengertian.
Sayapun akhirnya pergi,tugas kuliah diurus istri, lalu garuda pun melesak ke angkasa,pergi menuju barat mempertemukan saya dengan persoalan di lokasi bencana. Saya langsung bekerja, mendatangi setiap tempat, mendalami persoalannya,lalu live in di titik tertentu. saya harus mengungkap aspirasi anak-anak korban gempa untuk mencari intervensi yang tepat guna menggulirkan program di sana.
Dari Lubuk Alung saya sisir Pasir Laweh dan Salibutan, lalu ke Pariaman utara mendatangi Sekapak Barat dan Timur. saya menemukan benang merahnya persoalan, yang terjadi di setiap lokasi gempa. Anak-anak mengalami kondisi yang rentan karena tempat tinggal, sekolah,lingkungan bermain, berubah menjadi puing dan hancur. Mereka menyimpan ini dalam memori kolektifnya : tentang bagaimana ia menjalani hidupnya di hadap, tentang bagaimana ia menemukan makna hidupnya kembali. Mereka diabaikan bencana, orang tua dan dewasa disekitar mereka lebih sibuk menyamankan dan merecovery lagi kehidupannya yang luluh lantah. Intervensi dan aktivitas apa yang saya mesti sodorkan? saya dirundung dilema-dilema dan mencoba menyodorkan ini pada kawan saya tersebut yang berjanji mensuport kami dalam sebuah program.
sekolah ketahanan hidup adalah usaha mengaktifkan kembali proses pendidikan dengan mendirikan tenda temporary school untuk mengisi kekosongan proses belajar yang terhenti. Ini diajukan sambil menunggu sekolah kembali pulih. Didirikan pula shelter anak sebagai tempat bagi anak menyamankan diri dengan kegiatan kreatif dan rekreatif. shelter ini terbuka sebagai ruang menyenangkan,menghibur, dan mendidik bagi anak-anak. Di tempat inilah pemulihan psikis dipulihkan sambil mengambil peran pengasuhan orang tua mereka yang tak punya waktu banyak buat mereka karena kesibukannya. Di sisi lain asistensi ke komunitas dilakukan dalam hal pengorganisasian posko untuk memberi bantuan teknis dan administratif warga dalam rangka recovery kehidupannya. Begitupun solidaritas komunal yang tercerai berai sehabis gempa, dalam program ini berusaha di solidkan lagi lewat aktivitas pengajian warga serta memfasilitasikan pendirian kelompok-kelompok seni,budaya dan olah raga. Semoga dengan itu kekompakan warga bangkit kembali, dan efeknya, anak-anak menjadi tak diabaikan lagi oleh rasa solidaritas yang muncul kembali.
dan saya pun harus pulang,pulang untuk kembali lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)