Murid-murid sokola rimba memang nekat untuk urusan model rambut. Mereka memilih saling memotong rambut masing-masing dengan sesama temannya. Tak ayal hal ini membuat 'gaya' rambut tergantung mood si pemotong yang belum tentu menguasai benar keahlian seperti yang dimiliki Joni Andrean atau Mang Dadang -- orang Garut pemilik salon priangan yang menjadi langganan saya bila motong rambut di Bandung. Seperti yang di derita Penangguk dan Nyungsang Bungo karena kenekatan keduanya akhirnya rambut mereka amburadul plontos sebelah bagiannya setelah mereka berdua saling memotong rambut diantara mereka. "Kiri jabrik kanannya cepak, mirip illegal logging" kata Penguwar sambil meminta aku membereskan rambut kedua temannya itu.
Gunting memang selalu ada di list peralatan yang kami bawa ke sokola rimba, selain untuk menggunting kertas origami sebagai materi pelajaran juga untuk urusan seperti kenekatan dua murid tersebut.
sisir di tangan kiri, gunting di kanan, dibawah ruma sokola yang bertiang panggung, aku vermak rambut hasil illegal logging kedua anak tersebut.
"Woii mumpa kepalo hayom, belanguunnn" Ujar Penguwar setelah melihat hasil akhir model rambut kedua temannya. Katanya mirip kepala ayam model kedua temannya itu. "Tapi gaul" kataku untuk menghibur kedua anak tersebut yang terkaget-kaget. Tak ada jalan lain karena memang sebelumnya model keduanya rata sebelah bagian namun itu tak lama. Penangguk malah menuliskan I love Induk (aku cinta ibuku) di sebelah bagian sisi kiri Mohawk-nya sambil berjalan penuh kebanggaan setelah kuberitahu bahwa model ini sedang tren di kalangan Band di Bandung. Anak-anak rimba ini memang mengidolakan Peterpan yang disebutnya Band paling olen (enak) lagu-lagunya yang ia dengar dari MP3 di henpon saya. "Kau hancurkan hatiku, hancurkan lagi,..." Senandungnya.