Selasa, 19 Februari 2008

Sokola Rimba


Pagi masih temaram, hujan semalam membuat dingin menusuk tulang. Saya rapatkan sleeping bag. Orang Rimba menyebut suasana pagi demikian dengan ’tarang laroy’. Saya lihat jam masih setengah enam namun murid-murid sokola rimba sudah sigap menyiapkan sarapan pagi. Semalam mereka belajar sampai larut namun secepat itulah mereka terjaga.

Ada 20an murid rimba dan semuanya membagi diri dlm tugas. Sebagian mencari kayu api, cuci piring dan periuk, menanak nasi, menjerang air dan bermasak. Setelah siap, pinggan (piring) ditebar dan ransum dibagi sama rata sesuai jumlah anak dan para guru.

Para guru masih tidur dan mereka akan bangun setelah mandi dan santapan siap. Selanjutnya? Para murid biasanya memilih waktunya sendiri untuk kegiatan hari itu. Ada yang langsung meminta belajar lagi dan ada yang bermain-main saja sampai mood belajar mereka muncul. Inilah suasana belajar sokola rimba: tak ada waktu terjadwal dan tak ada kepatuhan yang dipaksakan.

Sokola rimba seperti istilah keren di kota dengan nama boarding school: murid menginap, makan, dan tidur di ruma sokola. Bedanya, sokola rimba gratis dan tak harus anak orang kaya spt boarding school di kota. Orang tua mereka berada di tempat yang jauhnya beragam dari lokasi sokola. Ada yang dekat dan ada yang jauh. Seperti suatu siang, seorang induk (ibu) datang menengok anaknya sambil membawa ikan sebagai kiriman buat anaknya. Sertu, nama anak yang ditengok induk tersebut, terlihat manja dan dibelai dengan penuh kasih sayang. Hari itu saya menjadi yakin, bahwa kasih ibu tanpa batas, kasih ibu tak terbalas. Hari yang sentimentil. Ah, saya lama tak pulang, saya merindukan sang ibu di rumah.

Tidak ada komentar: